MENJAGA SHALAT BERDASARKAN TAAT

Membangun cinta itu salah satunya adalah dengan doa. sebagai contoh berdoa ketika hendak bekerja bukan hanya untuk kelancaran pribadi, tetapi untuk atasan begitu pun sebaliknya sehingga tercipta harmoni, kenyamanan dan kebahagiaan dalam bekerja dan otomatis menjadi nilai ibadah bukan hanya tekanan pekerjaan.

Kendati demikian dalam membangun cinta kita kepada Allah Swt yang paling utama adalah dengan shalat yang begitu rinci dari mulai waktu, gerakan, bacaan dan yang lainnya. Sehingga Rasulullah Saw sendiri mewasiatkan untuk shalat harus sama seperti yang beliau lakukan.

صلوا كما رأيت أصلي

“Shalat-lah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Bukhari, Kitab al-Adhan, Bab al-Adhan lil-Rijali wa Takbir, no. 631)

Keterangan dari Rasulullah ini sebagai penjelasan sekaligus penegasan dari al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 238.

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Kerjakanlah dengan tetap salat-salat (wajib) dan salat Wustha (yang paling utama), dan berdirilah (salat) karena Allah dengan tunduk patuh (penuh kekhusyuan). 

Imam ar-Raghib al-Asfahani menjelaskan اَلْحِفْظُ Terkadang digunakan untuk menerangkan keadaan diri yang dengannya tertanam sesuatu yang dipahaminya, terkadang menerangkan hafalan dalam jiwa yang merupakan sebalik dari lupa, dan terkadang untuk menggunakan kekuatan itu. Kemudian kata ini digunakan untuk setiap pencarian, perhatian dan penjagaan (Al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān: 123).

Sedangkan الوسطى merupakan bentuk Muanats (perempuan) dari اَلْأَوْسَطُ yang biasa bermakna pertengahan dari dua perkara atau sesuatu yang memiliki dua ujung yang sama panjang, dan bisa juga bermakna sesuatu yang paling utama. Pada ayat ini اَلْوُسْطَى dimaknai dengan makna yang kedua yaitu yang terbaik. (Al-Maraghi II: 200, Umdatuttafsir, I: 214)

Adapun اَلْقُنُوْتُ Artinya berpaling dari segala kepentingan duniawi untuk bermunajat kepada Allah swt. Ad-Dhalak berkata, “Setiap qunut di dalam Alquran bermakna taat” (Al-Maraghi, II: 200, Al-Qurthubi, III: 214).

Maka dari penjelasan ini dapat kita tarik kesimpulan, bahwa Shalat mesti selalu diperbaiki dan dievaluasi agar makna akan hakikat Shalat yang bukan hanya sekedar dihapal bacaan dan gerakan tetapi mesti dipahami dengan seutuhnya sehingga menghasilkan ketaatan tinggi kepada Allah Swt.

Pada segi pelaksanaan Rasulullah menerangkan bahwasanya amal yang paling utama yang berkaitan dengan ibadah Shalat ini adalah di awal waktu (HR. Muttafaq Alaih) dan untuk menegaskan keutamaan amal ini, beliau sendirilah yang paling cekatan sekaligus memberi contoh dalam menjaga waktu salat. Aisyah Radiyallahu ‘anhu berkata:

وَلَا أَبَا بَكْرٍ وَلَا عُمَر مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَشَدَّ تَعْجِيلًا لِلظُّهْرِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ

“Saya tidak melihat seorang pun yang lebih cekatan untuk bersegera mengerjakan salat zuhur dibanding Rasulullah saw. tidak Abu Bakar, dan tidak juga Umar” (HR. At-Tirmidzi).

Perintah Allah swt dan keutamaan yang diterangkan oleh Rasulullah . tentang menjaga salat di awal waktu bukanlah merupakan suatu aturan yang sifatnya kaku, tetapi bisa berubah karena situasi dan kondisi tertentu. Jika pada situasi dan kondisi tertentu salat di awal waktu akan terganggu kekhusyuannya karena berbagai macam perasaan, pandangan, pendengaran, atau penciuman yang mengganggunya, maka Rasulullah saw. lebih mengutamakan menjaga kekhusyukkan dengan membereskan terlebih dahulu gangguan-gangguan tersebut walau harus agak mengakhirkan waktu salat.

Demikian penjelasan singkat mengenai pentingnya menjaga dan memelihara ibadah Shalat yang menjadi tolak ukur ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Karena manfaatnya tidak hanya maslahat di Dunia, nanti ketika dalam kehidupan akhirat pun akan mendapatkan ganjaran tak terhingga yaitu Surga yang penuh kenikmatan. Wa Allahu A'lamu.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama