ULAMA BANI ISRAIL MEMBUKTIKAN NUBUWWAH MUHAMMAD SAW

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji kepunyaan Allah, tidak satu puja dan puji pun yang berhak dimiliki oleh makhluk-Nya, kita memuji kepada-Nya, kita memohon ampunan-Nya, kita memohon pertolongan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu - hawa nafsu kita, dan dari kejelekan amal-amal kita. Kita meyakini sepenuh ilmu bahwa tidak ada yang bisa memberi petunjuk apabila seseorang bersikukuh dalam kesesatan, dan tidak ada yang bisa menyesatkan apabila Allah telah memberi petunjuk kepada seseorang. Saat ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk bermunajat, agar Allah senantiasa memberi petunjuk, hidayah dan taufiq-Nya kepada kita sekalian.

Hadirin sidang Jum'at undangan Allah SWT,

Iman kepada Nabi Saw adalah wasilah berimannya seseorang kepada Allah Swt.

Tanpa beriman kepada Nabi Saw bagaimana mungkin seseorang dapat meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Beriman kepada Nabi Saw merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari iman kepada Allah SWT.

Jumhur ulama mengatakan bahwa tidak ada seorang rasul (utusan) Allah pun yang bukan dari kelompok manusia, terlebih khusus dikisahkan dalam Alquran bahwa utusan Allah itu adalah kaum laki-laki, sebagaimana firman-Nya.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى.

Dan tidak Kami utus sebelummu, melainkan laki-laki dari ahli negeri-negeri yang Kami beri wahyu kepada mereka. (QS. Yusuf [12]: 109).

Sebelum Nabi Saw menyatakan kenabian, tidak ada seorang pun dari kalangan bangsa Arab yang mengaku-ngaku nabi. Akan tetapi setelah Nabi Saw menyatakan kenabian dan menyebarluaskannya ke seluruh jazirah Arab, maka muncullah beberapa orang yang mengaku diturunkan wahyu kepada dirinya, seperti Thulaihah Al-Asadi di Bani Asad, Al-Aswad Al-'Ansa di negeri Yaman, dan di Yamamah adalah seseorang yang bernama Musailamah. Dengan kronologis seperti itu dapat diperoleh gambaran secara jelas siapa sebetulnya Nabi palsu itu. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ.

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya, " padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” QS. Al-An'am (6): 93.

Hadirin sidang Jum'at undangan Allah SWT,

Sungguh Allah SWT telah mencela orang kafir Quraisy yang tidak beriman akan risalah Muhammad Saw, padahal telah cukup bukti dari ayat-ayat yang menunjukkan nubuwwah (kenabian)-nya, melalui pengakuan ulama Bani Israil, sebagaimana firman Allah SWT:

أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ.

Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? . QS. Asy-Syu'ara (26): 197.

A. Hassan berkomentar dalam kitab tafsirnya: "Ulama-ulama Bani Israil tahu akan kedatangan Nabi Muhammad dari kitab-kitab agama mereka. Apakah yang demikian tidak cukup buat kebenaran Nabi Muhammad?

بارك الله لي ولكم.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.

Hadirin sidang Jum’at undangan Allah swt,

Yahudi dan Nashrani mengetahui nubuwwah Muhammad saw seperti seorang bapak mengenal beluk anaknya. Mereka tidak beriman kepada risalah dan nubuwwah itu karena mereka sengaja menyembunyikannya, sebagaimana Allah berfirman:

اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ.

Orang-orang yang telah Kami anugerahi Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Nabi Muhammad)42) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sekelompok dari mereka pasti menyembunyikan kebenaran, sedangkan mereka mengetahui(-nya). Qs. Al-Baqarah [2]: 146.

Hadirin sidang Jum’at undangan Allah swt,

Di dalam al-Qur’an diterangkan bahwa engkau (Muhammad) akan menemukan orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang yang beriman ialah orang Yahudi dan yang menyekutukan Allah. Adapun sedekat-dekat percintaan terhadap orang yang beriman adalah Nashara, karena di sana ada pendeta-pendeta dan rahib-rahib yang tidak sombong.

Apabila mereka mendengar apa yang diturunkan kepada Rasul, engkau akan melihat air matanya menetes, karena kebenaran yang mereka tahu sambil berkata “Wahai Tuhan kami, catatlah kami bersama golongan yang menyaksikan, karena tidak layak bagi kami untuk tidak beriman kepada kebenaran, sedangkan kami ingin dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang shaleh.”

Ahli tafsir mengatakan bahwa ayat yang bertalian dengan hal di atas adalah turun berkenaan dengan Ashamah (raja Najasyi) seorang raja di negeri Habasyah, sehingga beliau mengirim surat kepada Nabi mengenai keislamannya dan menerima akan penjelasan tentang Isa dalam al-Qur’an.

Hadirin sidang Jum’at undangan Allah swt,

Orang Yahudi mestinya cukup mengikuti pengakuan tokohnya yang bernama Abdullah bin Salam, pada masa Jahiliyyah Namanya Al-Hushain, lalu Nabi saw menggantinya dengan nama Abdullah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Abdullah bin Salam adalah seorang Yahudi Bani Qainuqa, ia menguji nubuwwah Muhammad hanya dengan tiga pertanyaan yang ia Yakini bahwa hal itu tidak akan terjawab, kecualu harus melalui wahyu. Imam Al-Bukhari meriwayatkan secara lengkap pada kitab Ahaditsil Anbiya dan Manaqibil Anshar.

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلَامٍ بَلَغَهُ مَقْدَمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَأَتَاهُ يَسْأَلُهُ عَنْ أَشْيَاءَ فَقَالَ إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ ثَلَاثٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا نَبِيٌّ مَا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ وَمَا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ وَمَا بَالُ الْوَلَدِ يَنْزِعُ إِلَى أَبِيهِ أَوْ إِلَى أُمِّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي بِهِ جِبْرِيلُ آنِفًا قَالَ ابْنُ سَلَامٍ ذَاكَ عَدُوُّ الْيَهُودِ مِنْ الْمَلَائِكَةِ قَالَ أَمَّا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ فَنَارٌ تَحْشُرُهُمْ مِنْ الْمَشْرِقِ إِلَى الْمَغْرِبِ وَأَمَّا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فَزِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ وَأَمَّا الْوَلَدُ فَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ نَزَعَ الْوَلَدَ وَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الْمَرْأَةِ مَاءَ الرَّجُلِ نَزَعَتْ الْوَلَدَ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ.

Sesungguhnya telah sampai berita kepada Abdullah bin Salam tentang kedatangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di Madinah, lalu dia menanyakan beberapa perkara kepada beliau. Katanya; "Aku akan bertanya kepada anda tiga perkara yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Apakah tanda-tanda pertama hari qiyamat?, dan apa makanan pertama yang akan dimakan oleh penghuni surga dan bagaimana seorang anak bisa mirip dengan ayahnya dan bagaimana ia mirip dengan ibunya?. Beliau menjawab: "Jibril baru saja memberitahuku." Abdullah bin Salam berkata; "Dia adalah malaikat yang menjadi musuh orang-orang Yahudi." Beliau bersabda: "Adapun tanda pertama hari qiyamat adalah api yang muncul dan akan menggiring orang-orang dari timur menuju barat. Dan makanan pertama penduduk surga adalah hati ikan hiu, sedangkan (miripnya) seorang anak, apabila sang suami mendatangi istrinya dan air maninya mendahului air mani istrinya, berarti akan lahir anak yang menyerupai bapaknya, namun bila air mani istrinya mendahului air mani suaminya, maka akan lahir anak yang mirip dengan ibunya." Mendengar itu Abdullah bin Salam berkata; "Aku bersaksi tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan engkau adalah Rasulullah." (Hr. al-Bukhari)

Dengan keterangan tersebut tentu Abdullah bin Salam bukan seorang Yahudi biasa, akan tetapi dia adalah orang yang cukup mengerti persoalan, sehingga ia mampu memilah dan memilih pertanyaan yang diajukan kepada seorang yang jawabannya tidak dapat dikemukakan oleh orang yang mengaku Nabi. Andai Allah tidak mengutus Jibril untuk membantu menuturkan jawaban pasti kepada Nabi saw, tentu Abdullah bin Salam tidak dapat membuktikan nubuwwahnya.

Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan untuk mengikuti sunnah Nabi saw sebagai perwujudan iman kepada nubuwwahnya.

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Oleh: KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiat (Anggota Dewan Hisbah PP PERSIS)

Ditulis ulang oleh: Hanafi Anshory

Sumber: Majalah Risalah No. 3 Th. 50 Juni 2012.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama