LAFADZ AL-HADITS
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ.
“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka
ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
TAKHRIJ
AL-HADITS
1. Al-Bukhariy, Shahih
al-Bukhariy: Kitab ash-Shaum: Bab apakah disebut “Ramadan” atau “Bulan
Ramadan”?, 3: 25: 1898.
2. Muslim, Shahih
Muslim: Kitab ash-Shiyam: Bab Keutamaan Bulan Ramadhan, 2: 758: 1079, dari
Abu Hurairah ra.
3. Ahmad, Musnad Ahmad, 14: 313: 8684.
4. An-Nasaiy, Sunan
an-Nasaiy: Kitab ash-Shiyam: Bab Keutamaan Bulan Ramadhan, 4: 126: 2097.
5. Malik bin
Anas, al-Muwaththa’, 1: 310: 684.
6. Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban: Kitab ash-Shaum: Bab
Keutamaan Ramadhan, 8: 220: 3434.
7. Al-Baihaqiy,
as-Sunan al-Kubra: Kitab ash-Shaum: Bab Riwayat tentang Larangan Seseorang Sekedar Berkata,
“Ramadhan Tiba, Ramadhan pun pergi”, 4: 202:
8160.
8. Ath-Thabraniy,
al-Mu’jam al-Ausath, 2: 156: 1563, dari ‘Uthbah bin Farqad ra.
9. Ibnu Khuzaimah,
Shahih Ibnu Khuzaimah: Kitab ash-Shiyam: Bab Keutamaan Bulan Ramadhan dan
Puasanya, 3: 188: 1882.
10. Abu ‘Awanah,
Musnad Abi ‘Awanah, 2: 166: 2685.
11. Ibnu Abi
Syaibah, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah:,2: 419: 3.
SYARAH
AL-HADITS
Pada hadis
riwayat Muslim menggunakan lafadz: إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ, sedangkan
dalam riwayat al-Bukhari, إِذَا
دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ
جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ. Riwayat an-Nasaiy, إذا دخل شهر رمضان
. Riwayat Imam
Malik, إذا دخل رمضان
. Riwayat
ath-Thabraniy, إذا جاء شهر رمضان. . Adapun enam riwayat lainnya ada yang sama
dengan riwayat al-Bukhariy dan ada pula yang mirip dengan riwayat selain
Al-Bukhariy.
Sepuluh riwayat di atas seluruhnya
diterima dari sahabat yang sama, Abu Hurairah ra, sedangkan satu riwayat ath-Thabraniy
diterima dari sahabat ‘Uthbah bin Farqad ra.
Pertama, “Pintu Surga Dibuka”
Lafadz pertama:
فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ الْجَنَّةِ.
“Pintu surga dibuka.” (Hr. al-Bukhari
dan lainnya)
Lafadz kedua:
فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ السَّمَاءِ.
“Pintu
langit dibuka.” (Hr. al-Bukhari dan lainnya)
Lafadz ketiga:
فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ.
“Pintu rahmat dibuka.” (Hr. Muslim dan lainnya)
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya
pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam serta terbelenggunya setan-setan
sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.”
قَدْ جَاءَكُمْ
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّة.ِ
“Telah datang kepada kalian bulan
yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu
surga…” (HR. Ahmad)
Al Qodhi juga berkata, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga
karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan
seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di
bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan
maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan
tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan
seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.” (Lihat Al Minhaj Syarh
Shahih Muslim, 7: 18)
Karena terbuka lebarnya pintu kebaikan ini, pahala kebaikan akan dilipat
gandakan. (Lihat Tajridul Ittiba’, Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhaili, Dar Al Imam
Ahmad, cetakan 1428 H, hal. 118)
Namun tentu saja ibadah terbaik adalah ibadah yang kontinu, bukan hanya
musiman,
وَإِنَّ أَحَبَّ
الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ.
“(Ketahuilah bahwa) amalan yang
paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Muslim no. 782)
Lebih jelas lagi, Ustaz Amin Saefullah Muchtar membahasnya di sini https://www.sigabah.com/penghayatan-makna-dibuka-pintu-surga/
sebagai berikut:
Sebagaimana
telah kita maklumi bahwa menurut Nabi saw., apabila bulan Ramadhan tiba, pintu
surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu. Sekilas,
keterangan Nabi ini memberi kesan bahwa di luar bulan Ramadhan terjadi
“peristiwa” kebalikannya. Artinya, di luar bulan Ramadhan pintu surga
ditutup, pintu neraka dibuka, dan setan bebas berkeliaran tanpa dibelenggu.
Apakah demikian maksud Nabi saw.?
Hadis:
“Dibuka Pintu Surga”
Keterangan
tentang pintu surga dibuka pada bulan Ramadhan kita peroleh dari beberapa hadis
dengan beragam redaksi sebagai berikut:
Pertama,
dengan kalimat Futtihat Abwaab al-Jannah
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا
بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ،
وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ
أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah saw.
bersabda, ‘Pada malam pertama bulan Ramadhan setan-setan dan jin-jin yang jahat
dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka
dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta
penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada
ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah
memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan
Ramadlan’.” HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Malik,
al-Baihaqi, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim,
Ath-Thabrani. [Lihat, HR. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi,
III:67, No. 682; An-Nasai, Sunan An-Nasai, IV:126, No. 2097; Ibnu
Majah, Sunan Ibnu Majah, I:526, No. 1642; Malik, al-Muwatha,
I:311, No. 684; al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubra, IV:304, No. 8284;
Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, II:42, No. 1775; Ibnu
Hiban, Shahih Ibnu Hiban, VIII:222, No. 3435; Ibnu Khuzaimah, Shahih
Ibnu Khuzaimah, III:188, No. 1882; Al-Hakim, al-Mustadrak ‘Ala
ash-Shahihain, I:582, No. 1532; Ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir,
XVII:133, No. 326, Al-Mu’jam al-Awsath, II:157, No. 1563]
Hadis di atas
diriwayakan pula dengan sedikit perbedaan redaksi, sebagai berikut:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Ketika datang bulan
Ramadhan Rasulullah saw. bersabda, ‘Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan,
bulan yang penuh berkah, padanya Allah mewajibkan kalian shaum, padanya
pintu-pintu surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan
setan-setan dibelenggu. Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik
daripada seribu bulan, dan barangsiapa tidak mendapati malam itu maka ia telah
kehilangan pahala seribu bulan.” HR. Ahmad, Ibnu Abu Syaibah,
Abd bin Humaid, Ishaq bin Rahawaih. [Lihat, HR. Ahmad, Musnad Ahmad, II:425,
No. 9493; Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, II:270, No. 8867; Abd bin
Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:418, No. 1429; Ishaq bin
Rahawaih, Musnad Ishaq bin Rahawaih, I:73, No. 1]
Kedua,
dengan kalimat “Futihat abwaab ar-Rahmah”
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ
وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Apabila datang
bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat akan dibuka , pintu-pintu neraka ditutup
rapat, dan setan-setan dibelenggu’.” HR. Muslim,
Ahmad, An-Nasai, Abdurrazaq, Abd bin Humaid. [Lihat, HR. Muslim, Shahih Muslim,
II:758, No. 1079; Ahmad, Musnad Ahmad, II:281, No. 7767, II:401,
No. 9193; An-Nasai, as-Sunan al-Kubra, II:65, No. 2409, II:66, No.
2413, Sunan an-Nasai, IV:127, No. 2100; Abdurrazaq, al-Mushannaf,
IV:176, No. 7384; Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:420, No.
1439]
Ketiga,
dengan kalimat Futihat abwaab As-Samaa’i
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ
قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ
حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ
فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ
الشَّيَاطِينُ.
Dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Ibnu Abu Anas mawla
at-Taymiyyiin telah mengabarkan kepada saya, bahwa bapaknya menceritakan kepadanya
bahwa dia mendengar Abu Hurairah Ra. berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda,
‘Apabila masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam
ditutup dan setan-setan dibelenggu.” HR. Al-Bukhari [Lihat, Shahih Al-Bukhari, II:672, No.
1800] dan Abu
‘Awanah, dengan redaksi:
إِذَا جَاءَ
رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ،
وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ.
“Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu langit
dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu.” [Lihat, Musnad Abu ‘Awanah, IV:7, No.
2172]
Dalam riwayat
ad-Darimi dengan redaksi:
إِذَا جَاءَ
رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبُوابُ النَّارِ
وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ.
“Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu langit
dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” [Lihat, Sunan ad-Darimi, II:12, No. 1829]
Semua riwayat
di atas, dengan ragam variasi teksnya, menggunakan kata kerja yang menunjukkan
telah berlangsung (fi’il maadhi), yaitu futihat (فُتِحَتْ). Namun, dalam
riwayat Ahmad, An-Nasai, dan al-Baihaqi, digunakan kata kerja yang menunjukkan
sedang berlangsung (fi’il mudhaari’), yaitu tuftahu (تُفْتَحُ) sebagai
berikut:
تُفْتَحُ فِيهِ
أَبْوَابُ السَّمَاءِ.
“Pada bulan itu pintu-pintu langit sedang dibuka.” [Lihat, HR. Ahmad, Musnad Ahmad, II:230,
No. 7148, An-Nasai, Sunan An-Nasai, IV:129, No. 2106,
al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, III:301, No. 3600]
Penjelasan
tentang Variasi Kalimat
Variasi kalimat
dalam hadis di atas telah menarik perhatian para ulama, sehingga mereka
memandang perlu untuk memberikan penjelasan, antara lain:
قَالَ الزَّيْن بْن
الْمُنَيِّرِ : …وَأَمَّا الرِّوَايَةُ الَّتِي فِيْهَا أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ
وَأَبْوَابُ السَّمَاءِ فَمِنْ تَصَرُّفِ الرُّوَاةِ وَالْأَصْلُ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ بِدَلِيلِ مَا يُقَابِلُهُ وَهُوَ غَلْقُ أَبْوَابِ النَّارِ.
Az-Zain bin al-Munir berkata, “…dan adapun riwayat yang
menerangkan (dengan kalimat) Abwaab ar-rahmah dan Abwaab as-Samaa’ maka itu
bersumber dari perubahan para rawi, dan aslinya adalah dengan kalimat Abwaab
al-jannah, dengan dalil keterangan sebaliknya, yaitu ditutup pintu neraka.” [Sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar al-Aqalani. Lihat, Fath
al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, IV:114]
Kata Ibnu
Bathal:
الْمُرَادُ مِنَ
السَّمَاءِ الْجَنَّةُ بِقَرِيْنَةِ ذِكْرِ جَهَنَّمَ فِيْ مُقَابَلَةٍ.
“Yang dimaksud dengan kata as-samaa’ (pada riwayat itu)
adalah al-jannah (surga) dengan qarinah (indikasi) penyebutan jahannam (neraka)
dalam keterangan sebaliknya.” [Sebagaimana dikutip oleh Badruddin al-‘Aini.
Lihat, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, XVI:265]
Kata al-‘Aini:
جَاءَ فِيْ
رِوَايَةٍ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَلاَ تَعَارُضَ فِيْ ذلِكَ فَأَبْوَابُ
السَّمَاءِ يَصْعَدُ مِنْهَا إِلَى الْجَنَّةِ لِأَنَّهَا فَوْقَ السَّمَاءِ
وَسَقَفُهَا عَرْشُ الرَّحْمنِ كَمَا ثَبَتَ فِي (الصَّحِيْحِ) وَ أَبْوَابُ
الرَّحْمَةِ تُطْلَقُ عَلَى أَبْوَابِ الْجَنَّةِ لِقَوْلِ النَّبِيِّ فِي
الْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ.
“Terdapat keterangan dalam satu riwayat dengan kalimat:
Abwaab ar-rahmah. Maka dalam hal itu tidak bertentangan, karena akan naik dari
abwaab as-samaa’ (pintu langit) ke surga, karena surga berada di atas langit, dan
atapnya Arsy ar-Rahman, sebagaimana diterangkan dalam hadis shahih. Sedangkan
Abwaab ar-rahmah digunakan untuk pintu-pintu surga berdasarkan sabda Nabi dalam
hadis shahih:
احْتَجَّتِ
الْجَنَّةُ وَالنَّارُ
“Surga dan neraka berhujjah.” [Lihat, Umdah al-Qari Syarh Shahih
al-Bukhari, XVI:265]
Penjelasan
Makna “Dibuka Pintu Surga”
Dalam memahami
makna “Dibuka Pintu Surga” para ulama berbeda kecenderungan, sehingga
melahirkan pendapat yang berbeda. Dalam hal ini terbagi menjadi dua pandapat:
Pertama, sebagian
ulama cenderung memaknai kalimat itu secara hakiki, sesuai dengan zhahir hadis.
Menurut pendapat ini, hadis itu menunjukkan bahwa ketika bulan Ramadhan
pintu-pintu surga itu dibuka dalam makna yang sebenarnya.
فَقَالَ الْقَاضِي
عِيَاض – رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى – : يَحْتَمِلُ أَنَّهُ عَلَى ظَاهِرِهِ
وَحَقِيْقَتِهِ وَأَنَّ تَفْتِيْحَ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَتَغْلِيْقَ أَبْوَابِ
جَهَنَّمَ وَتَصْفِيدَ الشَّيَاطِيْنِ عَلَامَةٌ لِدُخُولِ الشَّهْرِ وَتَعْظِيمٌ
لِحُرْمَتِهِ وَيَكُوْنُ التَّصْفِيْدُ لِيَمْتَنِعُوْا مِنْ إِيذَاءِ
الْمُؤْمِنِينَ وَالتَّهْوِيْشِ عَلَيْهِمْ.
Maka al-Qadhi Iyadh berkata, “Hadis itu mengandung makna
sesuai dengan zhahir dan hakikatnya, dan sungguh dibuka pintu-pintu surga,
ditutup pintu-pintu jahannam dan setan-setan dibelenggu adalah tanda masuk
bulan Ramadhan dan mengagungkan kehormatannya, dan dibelenggu menunjukkan bahwa
mereka (setan) terhalang untuk menyakiti orang-orang mukmin dan mengganggu
mereka.” [Lihat, Tanwir al-Hawalik Syarh ‘ala Muwatha’
Malik, I:295]
Kedua, sebagian
ulama cenderung memaknai kalimat itu secara majazi (kiasan)
Masih menurut
al-Qadhi Iyadh:
وَيَحْتَمِلُ أَنْ
يَكُوْنَ الْمُرَادُ الْمَجَازَ وَيَكُوْنَ إِشَارَةً إِلَى كَثْرَةِ الثَّوَابِ
وَالْعَفْوِ وَأَنَّ الشَّيَاطِيْنَ يَقِلُّ إِغْوَاؤُهُمْ وَإِيذَاؤُهُمْ
فَيَصِيْرُوْنَ كَالْمُصَفَّدِيْنَ وَيَكُوْنُ تَصْفِيْدُهُمْ عَنْ أَشْيَاءَ
دُوْنَ أَشْيَاءَ ، وَلِنَاسٍ دُوْنَ نَاسٍ وَيُؤَيِّدُ هَذِهِ الرِّوَايَةُ
الثَّانِيَةُ : ( فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ ) وَجَاءَ فِي حَدِيْثٍ آخَرَ :
( صُفِّدَتْ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ ) قَالَ الْقَاضِي : وَيَحْتَمِلُ أَنْ
يَكُوْنَ فَتْحُ أَبْوَاِب الْجَنَّةِ عِبَارَةً عَمَّا يَفْتَحُهُ اللَّهُ
تَعَالَى لِعِبَادِهِ مِنَ الطَّاعَاتِ فِي هَذَا الشَّهْرِ الَّتِي لَا تَقَعُ
فِي غَيْرِهِ عُمُوْمًا كَالصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَفِعْلِ الْخَيْرَاتِ
وَالِانْكِفَافِ عَنْ كَثِيْرٍ مِنَ الْمُخَالَفَاتِ وَهَذِهِ أَسْبَابٌ لِدُخُولِ
الْجَنَّةِ وَأَبْوَابٌ لَهَا.
“Hadis itu mengandung makna kiasan dan isyarat
kepada banyak pahala dan pengampunan, dan setan-setan sedikit menggoda dan
menyakiti orang-orang beriman sehingga keadaannya seperti dibelenggu, dan
dibelenggu mereka itu dari beberapa perkara, sedangkan pada perkara lain tidak
demikian, begitu pula dalam menggoda beberapa manusia, sedangkan pada
manusia lain tidak demikian. Makna ini dikuatkan oleh riwayat kedua (dengan
kalimat) dibuka pintu-pintu rahmat, dan diterangkan dalam hadis lain:
setan-setan durhaka dibelenggu. al-Qadhi Iyadh berkata pula, “Dibuka
pintu-pintu surga dapat dimaknai pula sebagai ungkapan tentang sesuatu yang
dibukakan oleh bagi hamba-hamba-Nya, yaitu berupa berbagai ketaatan secara
umum, pada bulan ini yang tidak didapati pada bulan lain, seperti shaum, qiyam
Ramadhan, perbuatan berbagai kebaikan dan meninggalkan berbagai perbuatan yang
menyimpang. Dan berbagai ketaatan ini menjadi sebab masuknya surga dan menjadi
pintu menuju surga.” [Lihat, Syarh Shahih Muslim An-Nawawi,
IV:46]
Kedua, “Pintu Neraka Ditutup”, pemaknaannya klik di sini https://www.sigabah.com/penghayatan-makna-ditutup-pintu-neraka/
.
Ketiga, “Setan pun Dibelenggu”, pemaknaannya klik di sini https://www.sigabah.com/pemaknaan-hadis-setan-setan-dibelenggu/
. Wallahu A'lam.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan